Selasa, 15 Juni 2010

Bidadari Bidadari Surga


Apa yang muncul di bayangan Qta nih ketika pertama kali mendengar istilah bidadari surga? Hmm.. pastilah seorang wanita yang memiliki wajah cantik, bermata jeli dengan tubuh indah semampai, dan gaun indahnya. Atau.. segala sesuatu yang bisa mengekspresikan kecantikan luar biasa. Tapi apa yang diceritakan dalam buku ini tidaklah demikian. Buku hasil karya Tere Liye ini menceritakan pengorbanan seorang kakak untuk mewujudkan cita-cita keempat adiknya menuju kesuksesan.


Laisa memiliki empat orang adik yang bernama Dalimunte, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta. Dalimunte saat berumur 12 tahun memiliki ide menciptakan lima kincir air bertingkat yang digunakan untuk mengangkat air sehingga mampu dialirkan ke ladang. Akhirnya mampu menjadi profesor yang namanya terdaftar dalam 100 peneliti fisika paling berbakat di dunia dengan hasil penelitiannya Pembuktian Tak Terbantahkan Bulan Yang Pernah Terbelah. Ikanuri dan Wibisana adalah kakak-beradik yang selalu kompak dalam segala hal. Sejak kecil sifatnya yang selalu nekad, bandel, keras kepala membuat emosi Laisa meluap-luap. Namun akhirnya mereka berdua yang seolah anak kembar karena wajahnya yang sangat mirip dapat memajukan bengkel modifikasi mobil miliknya dengan modal nekad dan mampu menjalin relasi bisnis dengan perusahaan luar negeri. Yashinta anak bungsu dari lima bersaudara itu saat berumur 6 tahun mulai tertarik dengan kehidupan anak berang-berang yang sedang berenang di bibir kolam bendungan. Sampai akhirnya ia mampu menjadi peneliti dari lembaga penelitian dan konservasi nasional di Bogor. Ia juga koresponden foto National Geographic, mengumpulkan foto-foto alam yang indah dan insightfull untuk majalah itu.


Sekilas mungkin belum nampak perjuangan yang dilakukan oleh Laisa dalam membimbing adik-adiknya. Sejak kecil Laisa selalu menanamkan usaha dan kerja keras tiada henti untuk adik-adiknya agar mampu menjadi orang yang sukses. Karena Laisa kecil pernah merasakan keprihatinan dalam hidupnya dan harapannya yang terbesar adalah ingin membahagiakan adik-adiknya dan melihat kesuksesan mereka dimasa depan hingga mengorbankan kebahagiaan dirinya. Laisa tinggal bersama ibunya yaitu mamak Lainuri. Ayahnya telah meninggal ketika adik-adiknya masih kecil.


Dan sugguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (Al Waqiah : 22). Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi cantik jelita (Ar Rahman : 70). Andaikata ada seorang wanita penghuni surga mengintip ke bumi, niscaya dia menerangi ruang antara bumi dan langit. Dan niscaya aromanya memenuhi ruang antara keduanya. Dan sesungguhnya kerudung di atas kepalanya lebih baik daripada dunia seisinya (Hadits Al Bukhari).


Laisa tidaklah cantik secara fisik. Namun segala pengorbanannya telah mewakili kecantikan hatinya. Cobaan demi cobaan dihadapinya dengan ketegaran. Walau di dunia dia tidak merasakan kebahagiaan secara fisik, namun batinnya sangat bahagia karena segala perjuangannya membuahkan hasil yang manis. Hingga detik-detik terakhir dalam hidupnya, ia tetap berusaha untuk tersenyum walau merasakan sakit yang tak tertahankan.


Cerita yang begitu indah, membuat mata hati kita terbuka untuk selalu bersyukur dengan segala perjuangan orang-orang di sekeliling kita. Sikap keras yang terkadang ditunjukkan bukan berarti mereka benci terhadap kita, namun sesungguhnya mereka ingin melihat kesuksesan kita dimasa depan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar